Selasa, 26 September 2017

Art Galleries in Kemang

Many people still can not find the difference between traveling and holiday. When we google the definitions of both of them, here are what we get:

/ˈtravəl/
verb
1.  make a journey, typically of some length or abroad.

/ˈhäləˌdā/ 
noun
 1. a day of festivity or recreation when no work is done. 
 verb BRITISH
 1. spend a holiday in a specified place.

But for me--and to make it simpler, traveling is when you explore a place or some places. No matter how far it is, if the place is in the same city, as long as you explore it, it can be called TRAVELING. When you are traveling, usually a lot of walking involved.
And if you go abroad on your day off but you just stay at the hotel--or another kinds of accommodation, go out to the malls, hang out at cafes, that means you are taking HOLIDAY. According to Huffpost, on holiday, activities are generally less strenuous or done in moderation.
So, travelling and taking a holiday can be differentiated by how you spend you day(s).

Jumat, 16 Juni 2017

Karakteristik Kewirausahaan

1. Perilaku dan Sikap Wirausaha
    Perilaku kewirausahaan

  • Memiliki rasa percaya diri
  • Berorientasi pada tugas dan hasil
  • Pengambil resiko
  • Kepemimpinan
  • Keorisinilan
  • Berorientasi pada masa depan
    Sikap kewirausahaan
  • Mampu berpikir dan bertindak kreatif dan innovatif
  • Mampu bekerja tekun,teliti dan produktif
  • Mampu berkarya berdasarkan etika bisnis yang sehat
  • Mampu berkarya dengan semangat kemandirian
  • Mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang sistematis dan berani mengambil resiko

2. Karakteristik Wirausaha
  • Percaya diri
          Seorang wirausaha adalah orang yang percaya bahwa mereka mampu mencapai hasil yang                   mereka inginkan. Sikap percaya diri ini bukan sikap yang sombong, karena dilandasi oleh                   kesadaran mereka terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.
  • Berorientasi pada tugas dan hasil
          Keberhasilan seorang dalam kehidupan- nya banyak ditentukan oleh usaha yang dilakukan                   sendiri dalam mengubah nasib. Orang ini biasanya lebih mengutamakan prestasinya baru                     kemudian setelah berhasil prestisnya akan naik.
  • Berani menanggung resiko
          Berani menanggung risiko berhubungan dengan sikap keinginan untuk bertanggung jawab.                 Para wirausahawan siap menanggung risiko atas segala tindakan yang diambilnya. Dalam                   bertindak, wirausahawan akan memikirkan tindakannya secara matang, sehingga risiko yang               akan muncul akibat tindakannya dapat diperkirakan.
  • Kepimimpinan
          Seorang wirausaha merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mereka harus                 selalu mencari peluang, mengumpulkan dana, dan merekrut sumber daya manusia serta                       membimbingnya untuk mencapai tujuan. Dengan mengembangkan sikap, bakat, dan                             kemampuan akan mendorong dan memotivasi orang lain agar maju dan berhasil, serta                         memimpin orang lain dalam bentuk kerja sama.
  • Keorisinalan
         Sifat orisinal tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinal berarti tidak hanya mengekor              pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yang orisinal, ada kemampuan untuk            melaksanakan sesuatu.
  • Berorientasi ke masa depan
         Seseorang wirausaha harus- lah mempunyai visi ke depan apa yang hendak ia lakukan? Apa                yang ingin dicapai? Sebuah usaha bukan didirikan hanya untuk sementara, tetapi untuk                        selamanya. Oleh sebab itu, seorang wirausaha akan menyusun perencanaan (planning) dan                  strategi yang matang agar jelas langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
  • Kreativitas
         Wollfolk (1984) mengemukakan kreativitas sebagai kemampuan individu untuk menghasilkan            sesuatu (hasil) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah. Jadi, dari pengertian tersebut          di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kreatif adalah kemampan seseorang untuk membuat               produk baru atau membuat kombinasi yang baru.

3. Success Story
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962. Sebenarnya, Chairul Tanjung lahir di keluarga yang cukup berada. Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan surat kabar. Pada saat Orde Baru terbentuk, sang ayah terpaksa harus menutup perusahaan pers nya karena tulisannya banyak berseberangan dengan penguasa politik saat itu. Hal ini membuat orang tuanya terpaksa menjual rumah dan pindah ke sebuah kamar losmen yang sempit.

Kedua orang tua beliau sangat tegas dalam mendidik anak, menurut mereka, untuk keluar dari jurang kemiskinan, pendidikan adalah langkah yang harus ditempuh.

Setelah lulus dari SMA Boedi Oetomo pada tahun 1981, Chairul Tanjung melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia. Selama kuliah, Chairul Tanjung dikenal sebagai mahasiswa teladan. Hal ini terbukti dengan diperolehnya penghargaan sebagai mahasiswa teladan tingkat nasional pada tahun 1984-1985.

Tingginya biaya kuliah, membuat jiwa bisnis Chairul Tanjung muncul saat itu. Untuk membiayai kuliahnya, beliau pernah membuka usaha foto kopi di kampusnya. Beliau juga pernah berjualan kaos dan buku kuliah stensilan.

Setelah lulus, beliau sempat mencoba membuka usaha, yaitu toko perlatan medis dan laboratorium. Tapi sayang, bisnisnya ini mengalami kebangkrutan. Selain itu, beliau juga membuka usaha di bidang kontrkator dan telah mengerjakan berbagai proyek industri terutama barang yang berbahan dasar rotan. Kemudian beliau membangun sebuah perusahaan, yaitu perusahaan PT. Pariarti Shindutama bersama beberapa orang temannya pada tahun 1987 dengan modal awal Rp.150 juta yang beliau peroleh dari Bank Exim. Pada awalnya, bisnis ini terbilang lancar. Bahkan mampu menangani beberapa jenis ekspor, termasuk sepatu. Saat itu, bisnis mereka mengalami kemajuan. Tapi beliau memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan rekan bisnisnya. Sehingga beliau keluar dan mendirikan usahanya sendiri.

Setelah keluar dari PT. Pariarti Shindutama tadi, beliau membidik tiga bisnis inti, yaitu keuangan, properti, dan multi media. Lalu berdirilah Para Group. Perusahaan konglomerasi ini memiliki Para Inti Holindo sebagai Father Holding Company yag membawahi beberapa sub holding, yakni Para Inti Propertindo (properti), Para Global Investindo (bisnis keuangan), dan bidang media dan investasi.

Dalam bidang properti, Para group memiliki Bandung Super Mall yang menghabiskan dana hingga 99 milyar. Dalam bidang investasi, Para Group, melalui perusahaannya, Trans Corp, membeli 40% saham Carrefour, MoU pembelian saham ini ditandatangani di Perancis, pada tanggal 12 Maret 2010.

Pada tahun 2010 itu, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di dunia, dan Forbes memasukkan Chairul Tanjung sebagai salah satu orang terkaya di dunia, asal Indonesia.
Pada tahun 2011, Forbes kembali memasukkan namanya di peringkat 11 orang terkaya di Indonesia dengan nilai kekayaan sebesar 2,1 Milyar dolar AS.
Saat ini, Chairul Tanjung berada di posisi 5 besar daftar orang terkaya di Indonesia.

Chairul Tanjung meresmikan perubahan nama Para Group menjadi CT Corp Pada 1 Desember 2011.
CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding, yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan financial, media, hiburan, gaya hidup dan sumber daya alam.

Menurut Chairul Tanjung, modal memang penting dalam sebuah bisnis. Namun, kemauan dan kerja keras adalah hal lain yang wajib dimiliki oleh seorang pengusaha. Lalu yang terpenting dalam sebuah bisnis menurut beliau adalah mengembangkan jaringan atau networking seluas-luasnya. Mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya, baginya, membangun kepercayaan pasar, sama pentingnya dengan membangun integritas. Tidak hanya berteman dengan perusahaan-perusahaan besar bahkan beliau menggambarkan hubungan baik dengan  pengantar surat sekalipun adalah hal yang penting. Jika perusahaan sepi order, maka relasi seperti ini bisa dimanfaatkan untuk membuka order lagi.

Bagi generasi muda yang akan terjun ke dunia bisnis, Si anak singkong ini berpesan agar generasi muda mau bersabar dan menapaki tangga bisnis satu per satu. Karena membangun bisnis itu tidak seperti membalikkan telapak tangan. Jangan sampai terpancing untuk menggunakan jalan pintas (instant), karena dalam usaha, kesabaran adalah kata kuncinya. Memang sangat manusiawi jika kita dalam berusaha ingin segera mendapatkan hasilnya. Namun tidak semua hasil bisa diterima langsung.

Menurut beliau, anda tidak perlu malu untuk melakukan usaha dengan modal kecil walaupun untungnya kecil. Karena beliaupun mendapatkan keuntungan pertamanya hanya sebesar Rp.150;.


----------
http://abdullah-ghozali.blogspot.co.id/2011/07/mengidentifikasi-sikap-dan-perilaku.html
http://entreprenaurship.blogspot.co.id/2011/12/karakteristik-seorang-wirausaha-pada.html
http://pencaripeluangbisnis.blogspot.co.id/2013/12/kisah-sukses-chairul-tanjung-si-anak.html

Senin, 24 April 2017

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial
Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan meng-handel orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.

Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin,
Apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempat?
Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?

Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat berikut :
Pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya.
Kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.
Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :

seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.
Untuk menjawab pertannyaan kedua dapat dirumuskan dua kategori yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi:
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dilaihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain
Keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.


Tipe-tipe Kepemimpinan :

Tipe Otokratik

          Semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :
kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
pengutmaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
menggunakan pendekatan punitif dalamhal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.


2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut, (9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.


Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu:
1.   pemimpin sebagai subjek, dan.
2.   yang dipimpin sebagai objek.
Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.



Mitos-mitos Pemimpin

Mitos pemimpin adalah pandangan-pandangan atau keyakinan-keyakinan masyarakat yang dilekatkan kepada gambaran seorang pemimpin. Mitos ini disadari atau tidak mempengaruhi pengembangan pemimpin dalam organisasi.
Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu mitos the Birthright, the For All – Seasons , dan the Intensity. Mitos the Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin
Mitos the For All – Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satu situasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya. Mitos the Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja.
Atribut-atribut Pemimpin


Tipe, gaya, perilaku kepemimpinan

Dari literature diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan ia ada. Dan teori paling muktahir melihat kepemimpinan lewat prilaku organisasi.
• Kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.

A. Gaya Kepemimpinan

• Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang digunakan pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat

1• Gaya Kepemimpinan Kontinum (Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt)
2• Gaya Kepemimpinan Managerial Grid (Robert R Blake dan Jane S Mouton)
3• Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi dari Reddin
4• Gaya Kepemimpinan Empat Sistem Manajemen dari Likert

B. Kepemimpinan Pancasila

          Kepemimpinan Pancasila ialah bentuk kepemimpinan yang selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai luhur dari norma-norma pancasila. Semangat kepemimpinan pancasila itu dapat terwujudkan, apabila nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dapat dipadukan dengan nilai-nilai modernisasi yang positif, antara lain dengan ciri demokratis, rasional, kritis, efisien-efektif, dan berdisiplin tinggi.

C. Kepemimpinan Situasional
          Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard didasarkan pada saling berhubungannya hal-hal berikut ini:
1. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan
2. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas

khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
           Penekanan dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan bawahannya saja. Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui kepemimpinan situasional. Karena bukan saja pengikut sebagai individu bias menerima atau menolak pemimpinnya, tetapi sebagai pengikut secara kenyataannya dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

2. Tuliskan tipe gaya dan perilaku pemimpin

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
          Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
          Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
          Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian adalah :
1. Gaya Kepemimpinan Karismatis
2. Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3. Gaya Kepemimpinan Otoriter
4. Gaya Kepemimpinan Moralis

Gaya Kepemimpinan Karismatik
          Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

Gaya Kepemimpinan Diplomatis
          Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banya          k orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

Gaya Kepemimpinan Otoriter
          Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

Gaya Kepemimpinan Moralis
          Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.
Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

Perilaku seorang pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau reaksi dapat berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja gerakan badan, tetapi termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut terhadap kepemimpinan seorang pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat terang-terangan atau tersembunyi dengan berbagai bentuk.

----------
Sumber :
http://felixdeny.wordpress.com/2012/01/07/definisi-kepemimpinan-dan-macam-macam-gaya-kepemimpinan/
http://korpri-dephan.blogspot.com/2010/07/tipe-gaya-dan-perilaku-kepemimpinan.html
http://armandioindrawan.blogspot.com/2012/10/pengertian-kepemimpinan-dan-tipegaya.html

Rabu, 05 April 2017

Kewirausahaan Mengenai Waralaba

1. Definisi franchising
Dalam Bahasa Indonesia, franchising disebut sebgai "waralaba". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, waralaba mempunyai definisi sebagai kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan.

2. Bentuk-bentuk kempemilikan franchising

  • Product franchise
  • Processing or manufacturing franchise
  • System/business format franchise
  • Group trding
(Mohammad Su'ud, 1994)

3. Resiko investasi dalam usaha franchising
Salah memilih usaha fanchise bisa berbahaya, karena franchising yang tidak tepat bisa menghambat dalam pengembangan usaha, merusak citra merk franchiser, mencuri sistem bisnis francisher dan menerapkannya dalam usaha yang sejenis sehingga menjadi kompetitor bagi franchiser. Franchising pun dapan terancam apabila franchiser membuka usaha baru yang sejenis dengan usaha yang telah ia serahkan kepada franchiserr sehingga menjadi kompetitor bagi franchisee.

(Mirna Saputri, 2011)


Ambadar, Jackie, dkk., Membeli dan Menjual Franchise, Jakarta: Yayasan Bina Karsa Mandiri.
Hakim, Lukman, Info Lengkap Waralaba, Yogyakarta: MedPress.

Sabtu, 11 Maret 2017

Definisi Kewirausaan dan Perencanaan Bisnisku

Kewirausahaan merupakan istilah yang umum dan sering kali kita dengar. Definisi singkatnya, kewirausahaan adalah sikap, tindakan atau kemampuan untuk membuat sesuatu yang unik dan bermanfaat bagi orang lain atau diri pribadi. sikap Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang kreai, inovatif, dan berdaya guna yang dibuat untuk memperoleh pendapatan dari usaha yang dilakukan.

Sementara, para ahli mempunyai pengertian kewirausahaan atau wirausaha menurut mereka masing-masing, di antaranya:

Arif F. Hadipranata
Menurutnya, wirausaha adalah sosok orang yang berani mengambil resiko dari semua kegiatan usaha yang dilakukan.

Thomas W Zimmerer
Menurut beliau, yang dimaksud dari wirausaha adalah penerapan inovasi dan kreativitas dalam memecahkan berbagai permasalahan dan mampu memanfaatkannya menjadi keuntungan.

Benarkah Sekolah Gratis?

Sama-sama kita ketahui bahwa sudah bertahun-tahun lalu pemerintah Indonesia memiliki program Bantuan Operasional Sekolah atau yang lebih dikenal dengan BOS. Target awal hanya untuk 9 tahun, yakni dari SD hingga SMP. Tetapi lama-kelamaan program ini mempunyai slogan “wajib belajar 12 tahun”. Bersekolah secara gratis dari jenjang sekolah dasar hingga lulus sekolah menengah atas. Mendengar visi dan misi dari program ini, tentunya mebuat para orang tua yang tidak mampu bisa berbahagia karena anaknya bisa mengenyam pendidikan tanpa harus mengeluarkan biaya. Belum lagi baru-baru ini dikeluarkannya KIP atau Kartu Indonesia Pintar setelah beberapa tahun sebelumnya digawangi oleh Kartu Jakarta Pintar.
Pemerintah bahkan sudah mempertimbangkan tambahan dana bagi penerima dana untuk bisa membeli keperluan lain seperti seragam dan mendapatkan buku paket gratis. Tetapi sayangnya, seringkali buku paket yang diberikan oleh pemerintah tidak sama dengan apa yang dipakai oleh guru yang mengajar. Dan untuk seragam, banyak sekolah yang memiliki seragam khusus dan tentunya kasus ini tidak diperhatikan oleh pemerintah.
Ditambah dengan era globalisasi sekarang ini yag menuntut kreativitas dari setiap individu, tentunya sekolah-sekolah tidak ingin muridnya tertinggal zaman. Sekolah membuat inovasi dalam sistem belajar dan dengan tugas-tugas yang diberikan. Hal demikian tidaklah salah. Tentunya para guru, kepala sekolah dan staf lainnya ingin melihat murid mereka menjadi unggul. Tetapi sayangnya hal itu bukan tidak memakain biaya. Sayangnya, pemerintah seperti enggan membenahi program mereka serta menambah dana untuk keperluan hal-hal tersebut.
Bagaimana jika saat pelajaran seni rupa yang mengharuskan murid membawa kertas origami atau spidol saat harus menggambar diagram? Atau ketika ada tugas untuk membawa jangkar karena ingin menggambar lingkaran? Bukankah semua itu membutuhkan uang? Pelajaran yang mengharuskan muridnya memfotokopi modul atau saat seorang guru yang menyuruh muridnya membuat makalah dan dicetak juga peru mengeluarkan uang lagi yang tidak sedikit
Tidak heran banyak yang beranggapan bahwa program sekolah gratis ini tidak terlalu memihak orang-orang yang kurang mampu dan sering terjadi salah sasaran. Banyak orang tua yang terpaksa memberhentikan anaknya dari sekolah karena biaya-biaya yang telah disebutkan di atas terkadang melebihi uang makan mereka sehari-hari.
Tentunya, banyak pihak berharap pemerintah akan segera membenahi program mereka dan mempertimbangkan tambahan dana tersebut kalau tidak ingin program mereka dicap sebagai program yang kurang berguna.